Minggu, 25 Maret 2012

Sinopsis Karya Sastra Melayu Klasik


Hikayat Mahasyodak

Ada seorang saudagar yang memiliki seorang putra, Mahasyodak, yang arif lagi bijaksana. Sejak kecil ia sudah membantu ayahnya mengadili orang yang berbuat salah dan menyelesaikan berbagai macam masalah. Ketika berusia tujuh tahun, raja hendak menjadikannya sebagai pegawai negeri (abdi raja). Namun, dihalangi oleh empat guru raja dengan berbagai macam syarat yang diajukan mereka. Tapi, Mahasyodak dapat mememenuhi semua syaratnya.
Di suatu tempat lain, ada pendeta yang memiliki lima murid, salah satunya adalah si Celaka yang dinikahkan dengan Puteri Mereka Dewi, putri pendeta. Namun, si Celaka hanya ingin melarikan diri dari istrinya. Ia menipu Puteri Mereka Dewi dan meninggalkannya di atas pohon. Kebetulan, raja tengah lewat di depan pohon itu. Mahasyodak menyarankan raja untuk menikahi Puteri Mereka Dewi. Ketika raja tahu asal-usul Puteri Mereka Dewi, ia sangat senang istrinya berasal dari keluarga yang mulia. Mahasyodak semakin disayang raja, sementara empat guru raja semakin membencinya.
Suatu ketika Mahasyodak ditanya raja dan ia pun menjawab bahwa orang berakal lebih baik daripada orang yang berharta, namun empat guru raja menentangnya. Akhirnya, raja mengurung Mahasyodak dan keempat gurunya di dua gedung yang dibuat dari papan, tetapi terlihat seperti gedung batu. Bilik Mahasyodak hanya berisi beberapa peralatan sementara keempat guru raja berisi harta selain peralatan yang sama. Namun hanya Mahasyodak yanng berhasil menemukan gedung yang berisi makanan disamping kedua gedung tersebut. Keempat guru pun terpaksa membeli makanan dari Mahasyodak. Suatu hari, seorang dewata turun dan mengancam akan membunuh raja kecuali empat teka-tekinya dapat dijawab. Mahasyodak dapat menjawabnya dengan mudah.
Ketika Mahasyodak berumur 14 tahun, raja hendak memberinya istri. Mahasyodak menolak karena karena ingin mencari istri sendiri. Mahasyodak melihat seorang gadis muda cantik yang bernama Citata di tengah jalan. Sebelum Mahasyodak menjadikan gadis itu sebagai istrinya, ia menguji kebijaksanaan, kesabaran, kepandaian, dan kasetiaan Citata. Citata dapat membuktikan dirinya bijaksana, sabar, pandai, dan setia. Akhirnya keduanya menikah.

Unsur Intrinsik
1.      Tema:
Budi pekerti
2.      Latar:
a.       Tempat:
ü  Di atas pohon
Pada suatu hari, si Celaka meninggalkan istrinya di atas pohon, sesudah menipunya naik ke atas pohon itu.
ü  Di bawah pohon
Di bawah pohon itu direbatnya dengan duri dan pohon ara.
ü  Dusun
Raja bermain-main ke dusun itu, diiringi keempat gururnya dan Mahasyodak.
ü  Dua buah gedung yang dibuat dari papan
Raja lalu mengurung keempat orang guru dan Mahasyodak dalam dua buah gedung yang terbuat dari papan.
ü  Istana
Raja ketakutan dan menyuruh Mahasyodak kembali ke istana.
ü  Di tangah jalan
Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang perempuan muda.
ü  Di tepi sungai
Tatkala sampai di tepi sungai, Mahasyodak bertanya apakah sungai itu dalam atau tohor.
ü  Di negeri Wakaf
Hatta lamanya, sampailah mereka di negeru wakaf.
ü  Di rumah Mahasyodak
Sesampai di rumah, Mahasyodak menyuruh sahaya laki-laki prgi mendapatkan Citata.
ü  Di sebuah rumah kecil
Citata tidak mengenal Mahasyodak dan dituduh berdusta lalu dikurung di sebuah rumah kecil.
b.      Waktu:
ü  Ketika Mahasyodak berumur tujuh tahun
Ketika Mahasyodak datang kepada umurnya tujuh tahun, raja hendak menjadikan dia pegawai negeri pula.
ü  Pada suatu hari
Pada suatu hari, dalam perjalanan pulang ke kampung halaman si Celaka meninggalkan isterinya.
ü  Ketika Mahasyodak berumur empat belas tahun
Tatkala Mahasyodak sudah sampai empat belas tahun umurnya, raja hendak memberi isteri kepadanya.
ü  Selang beberapa hari
Selang beberapa hari, Mahasyodak pun berjalan pulang bersama-sama dengan Citata.
ü  Pada keesokan harinya
Pada keesokan harinya, Mahasyodak menyuruh sepuluh orang perempuan memebawa Citata ke hadapannya.
Pada keesokan harinya Mahasyodak pun memakaikan pakaian Daji dengan pundi-pundi disangkutkan pada bahunya.
ü  Pada malamnya
Pada malamnya, Mahasyodak menyuruh orang mengantarkan makanan dan pakaian kepada Citata.
c.       Suasana:
ü  Senang
Raja sangat suka cita mendengar isterinya berasal dari bangsa-banga yang mulia.
Mahasyodak sangat suka hatinya, dan meminag Citata pada ibu bapanya.

ü   Menegangkan
Dewata mengemukakan empat teka-teki yang mesti dijawab, kalau tidak ai akan memutuskan batang leher raja. Raja ketakutan dan menyuruh memanggil Mahasyodak.  
3.      Alur:
Maju
4.      Penokohan:
a.       Buka Sakti
ü  Seorang laki-laki yang tidak beranak
Tersebut perkataan seorang saudagar Buja Sakti namanya yang tiada beranak.
ü  Mudah terpengaruh oleh ahli nujum
Dianjurkan oleh ahli nujum supaya kawin lagi. Tidak lama setelah perkawinannya, lahirlah seorang anak.
b.      Mahasyodak
ü  Arif dan bijaksana
Tidak lama setelah perkawinannya, lahirlah seorang anak yang sangat arif lagi bijaksana.
ü  Cerdas
Sejak kecil, ia sudah dapat menolong bapanya menghukum sekaliyan orang di dalam dusun dengan betul dan benarnya,
Dengan mudah saja, Mahasyodak menjawab teka-teki itu.
ü  Seorang laki-laki
Tatkala Mahasyodak sudah sampai empat belas tahun umurnya, raja hendak memberi isteri kepadanya.
c.       Raja
ü  Penyayang
Mahasyodak makin disayang raja.
ü  Mudah terhasut fitnah
Keempat orang gurunya makin dengki kepada Mahasyodak dan membuat fitnah, Mahasyodak dienyahkan raja dari negeri.
d.      Empat guru raja
ü  Pembenci
Keempat orang gurunya makin benci kepada Mahasyodak.
ü  Dengki dan pembuat fitnah
Keempat orang gurunya makin dengki kepada Mahasyodak dan membuat fitnah.
e.       Si Celaka
ü  Tidak tahu terima kasih tidak bertanggung jawab
Namun si Celaka tidak pernah memperlakukan anak perempuan itu sebagai isteri, malah ia selalu melarikan diri dari padanya.
ü  Penipu
Pada suatu hari, dalam perjalanan pulang ke kampung halaman si Celaka meninggalkan isterinya di atas pohon sesudah menipunya naik ke pohon itu.
f.       Puteri Mereka Dewi
ü  Perempuan
Mahasyodak menyarankan raja untuk menikahi anak perempuan pendeta itu.
ü  Cantik
Tersebut pula perkataan anak perempuan pendeta yang sangat “elok rupanya, mukanya seperti bulan purnama, bercahaya kilau-kilauan, tubuhnya putih kuning seperti emas yang tersepuh”.
g.      Citata
ü  Gadis berusia empat belas tahun yang cantik
Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang perempuan muda yang terlalu baik rupanya,gilang-gemilang kilauan cahay mukanya dan umurnya kira-kira empat belas tahun.
ü  Bijaksana
Citata mengetahui mahasyadok memberikan beras gading kepada ibunya dan menggantikannya dengan beras yang tiada patah.
ü  Sabar
Mahasyodak meruahkan gulai ke atas kepala Citata dengan mengatakan bahwa gulai itu tidak sedap. Citata tidak marah.
ü  Setia, budiman dan bijaksana
Tahulah Mahasyodak bahwa Citata teguh setianya, lagi budiman dan bijaksana.
5.      Sudut pandang:
Orang ketiga
6.      Amanat:
a.       Orang yang berakal lebih baik dari pada orang yang berharta
b.      Jangan sampai kita mempunyai penyakit hati, seperti iri dan dengki
c.       Jangan sampai terhasut oleh fitnah

Kemenarikannya
1.      Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Melayu Kuno.
2.      Karakter tokoh Mahasyadok yang serba bisa.
3.      Menikah di usia empat belas tahun.
4.      Nama-nama tokoh yang unik.
5.      Jalan ceritanya sulit ditebak.
6.      Terdapat unsur dewa yang diragukan keberadaannya di zaman sekarang

Nilai-nilai yang Terdapat di dalam Karya Sastra Melayu Klasik
1.      Orang yang berakal lebih baik dari pada orang yang berharta
2.      Jangan sampai kita mempunyai penyakit hati, seperti iri dan dengki
3.      Jangan sampai kita terhasut oleh fitnah

Kaitan Karya Sastra Melayu Klasik dengan Kehidupan Masa Sekarang
1.      Dulu banyak orang yang menyimpan dengki atas keberhasilan orang lain, suka memfitnah, harta lebih baik dari akal, di jaman sekarang hal itu masih terjadi di masyarakakat.

2 komentar: