Hikayat Mahasyodak
Ada seorang saudagar yang memiliki seorang putra,
Mahasyodak, yang arif lagi bijaksana. Sejak kecil ia sudah membantu ayahnya
mengadili orang yang berbuat salah dan menyelesaikan berbagai macam masalah.
Ketika berusia tujuh tahun, raja hendak menjadikannya sebagai pegawai negeri (abdi
raja). Namun, dihalangi oleh empat guru raja dengan berbagai macam syarat yang
diajukan mereka. Tapi, Mahasyodak dapat mememenuhi semua syaratnya.
Di suatu tempat lain, ada pendeta yang memiliki
lima murid, salah satunya adalah si Celaka yang dinikahkan dengan Puteri Mereka
Dewi, putri pendeta. Namun, si Celaka hanya ingin melarikan diri dari istrinya.
Ia menipu Puteri Mereka Dewi dan meninggalkannya di atas pohon. Kebetulan, raja
tengah lewat di depan pohon itu. Mahasyodak menyarankan raja untuk menikahi
Puteri Mereka Dewi. Ketika raja tahu asal-usul Puteri Mereka Dewi, ia sangat
senang istrinya berasal dari keluarga yang mulia. Mahasyodak semakin disayang
raja, sementara empat guru raja semakin membencinya.
Suatu ketika Mahasyodak ditanya raja dan ia pun
menjawab bahwa orang berakal lebih baik daripada orang yang berharta, namun
empat guru raja menentangnya. Akhirnya, raja mengurung Mahasyodak dan keempat gurunya
di dua gedung yang dibuat dari papan, tetapi terlihat seperti gedung batu.
Bilik Mahasyodak hanya berisi beberapa peralatan sementara keempat guru raja
berisi harta selain peralatan yang sama. Namun hanya Mahasyodak yanng berhasil
menemukan gedung yang berisi makanan disamping kedua gedung tersebut. Keempat guru
pun terpaksa membeli makanan dari Mahasyodak. Suatu hari, seorang dewata turun
dan mengancam akan membunuh raja kecuali empat teka-tekinya dapat dijawab.
Mahasyodak dapat menjawabnya dengan mudah.
Ketika Mahasyodak berumur 14 tahun, raja hendak
memberinya istri. Mahasyodak menolak karena karena ingin mencari istri sendiri.
Mahasyodak melihat seorang gadis muda cantik yang bernama Citata di tengah
jalan. Sebelum Mahasyodak menjadikan gadis itu sebagai istrinya, ia menguji
kebijaksanaan, kesabaran, kepandaian, dan kasetiaan Citata. Citata dapat
membuktikan dirinya bijaksana, sabar, pandai, dan setia. Akhirnya keduanya
menikah.
Unsur Intrinsik
1.
Tema:
Budi pekerti
2.
Latar:
a. Tempat:
ü Di atas pohon
Pada suatu hari,
si Celaka meninggalkan istrinya di atas pohon, sesudah menipunya naik ke atas
pohon itu.
ü Di bawah pohon
Di bawah pohon
itu direbatnya dengan duri dan pohon ara.
ü Dusun
Raja
bermain-main ke dusun itu, diiringi keempat gururnya dan Mahasyodak.
ü Dua buah gedung yang dibuat dari papan
Raja lalu
mengurung keempat orang guru dan Mahasyodak dalam dua buah gedung yang terbuat
dari papan.
ü Istana
Raja ketakutan
dan menyuruh Mahasyodak kembali ke istana.
ü Di tangah jalan
Di tengah jalan,
ia bertemu dengan seorang perempuan muda.
ü Di tepi sungai
Tatkala sampai
di tepi sungai, Mahasyodak bertanya apakah sungai itu dalam atau tohor.
ü Di negeri Wakaf
Hatta lamanya,
sampailah mereka di negeru wakaf.
ü Di rumah Mahasyodak
Sesampai di
rumah, Mahasyodak menyuruh sahaya laki-laki prgi mendapatkan Citata.
ü Di sebuah rumah kecil
Citata tidak
mengenal Mahasyodak dan dituduh berdusta lalu dikurung di sebuah rumah kecil.
b. Waktu:
ü Ketika Mahasyodak berumur tujuh tahun
Ketika
Mahasyodak datang kepada umurnya tujuh tahun, raja hendak menjadikan dia
pegawai negeri pula.
ü Pada suatu hari
Pada suatu hari,
dalam perjalanan pulang ke kampung halaman si Celaka meninggalkan isterinya.
ü Ketika Mahasyodak berumur empat belas tahun
Tatkala Mahasyodak
sudah sampai empat belas tahun umurnya, raja hendak memberi isteri kepadanya.
ü Selang beberapa hari
Selang beberapa
hari, Mahasyodak pun berjalan pulang bersama-sama dengan Citata.
ü Pada keesokan harinya
Pada keesokan
harinya, Mahasyodak menyuruh sepuluh orang perempuan memebawa Citata ke
hadapannya.
Pada keesokan
harinya Mahasyodak pun memakaikan pakaian Daji dengan pundi-pundi disangkutkan
pada bahunya.
ü Pada malamnya
Pada malamnya,
Mahasyodak menyuruh orang mengantarkan makanan dan pakaian kepada Citata.
c. Suasana:
ü Senang
Raja sangat suka
cita mendengar isterinya berasal dari bangsa-banga yang mulia.
Mahasyodak
sangat suka hatinya, dan meminag Citata pada ibu bapanya.
ü Menegangkan
Dewata
mengemukakan empat teka-teki yang mesti dijawab, kalau tidak ai akan memutuskan
batang leher raja. Raja ketakutan dan menyuruh memanggil Mahasyodak.
3.
Alur:
Maju
4.
Penokohan:
a. Buka Sakti
ü Seorang laki-laki yang tidak beranak
Tersebut
perkataan seorang saudagar Buja Sakti namanya yang tiada beranak.
ü Mudah terpengaruh oleh ahli nujum
Dianjurkan oleh ahli
nujum supaya kawin lagi. Tidak lama setelah perkawinannya, lahirlah seorang
anak.
b. Mahasyodak
ü Arif dan bijaksana
Tidak lama
setelah perkawinannya, lahirlah seorang anak yang sangat arif lagi bijaksana.
ü Cerdas
Sejak kecil, ia
sudah dapat menolong bapanya menghukum sekaliyan orang di dalam dusun dengan
betul dan benarnya,
Dengan mudah
saja, Mahasyodak menjawab teka-teki itu.
ü Seorang laki-laki
Tatkala
Mahasyodak sudah sampai empat belas tahun umurnya, raja hendak memberi isteri
kepadanya.
c. Raja
ü Penyayang
Mahasyodak makin
disayang raja.
ü Mudah terhasut fitnah
Keempat orang
gurunya makin dengki kepada Mahasyodak dan membuat fitnah, Mahasyodak
dienyahkan raja dari negeri.
d. Empat guru raja
ü Pembenci
Keempat orang
gurunya makin benci kepada Mahasyodak.
ü Dengki dan pembuat fitnah
Keempat orang
gurunya makin dengki kepada Mahasyodak dan membuat fitnah.
e. Si Celaka
ü Tidak tahu terima kasih tidak bertanggung jawab
Namun si Celaka
tidak pernah memperlakukan anak perempuan itu sebagai isteri, malah ia selalu melarikan
diri dari padanya.
ü Penipu
Pada suatu hari,
dalam perjalanan pulang ke kampung halaman si Celaka meninggalkan isterinya di
atas pohon sesudah menipunya naik ke pohon itu.
f. Puteri Mereka Dewi
ü Perempuan
Mahasyodak
menyarankan raja untuk menikahi anak perempuan pendeta itu.
ü Cantik
Tersebut pula
perkataan anak perempuan pendeta yang sangat “elok rupanya, mukanya seperti
bulan purnama, bercahaya kilau-kilauan, tubuhnya putih kuning seperti emas yang
tersepuh”.
g. Citata
ü Gadis berusia empat belas tahun yang cantik
Di tengah jalan,
ia bertemu dengan seorang perempuan muda yang terlalu baik
rupanya,gilang-gemilang kilauan cahay mukanya dan umurnya kira-kira empat belas
tahun.
ü Bijaksana
Citata
mengetahui mahasyadok memberikan beras gading kepada ibunya dan menggantikannya
dengan beras yang tiada patah.
ü Sabar
Mahasyodak
meruahkan gulai ke atas kepala Citata dengan mengatakan bahwa gulai itu tidak
sedap. Citata tidak marah.
ü Setia, budiman dan bijaksana
Tahulah
Mahasyodak bahwa Citata teguh setianya, lagi budiman dan bijaksana.
5.
Sudut
pandang:
Orang ketiga
6.
Amanat:
a. Orang yang berakal lebih baik dari pada orang
yang berharta
b. Jangan sampai kita mempunyai penyakit hati,
seperti iri dan dengki
c. Jangan sampai terhasut oleh fitnah
Kemenarikannya
1.
Bahasa
yang digunakan adalah Bahasa Melayu Kuno.
2.
Karakter
tokoh Mahasyadok yang serba bisa.
3.
Menikah di
usia empat belas tahun.
4.
Nama-nama
tokoh yang unik.
5.
Jalan
ceritanya sulit ditebak.
6.
Terdapat
unsur dewa yang diragukan keberadaannya di zaman sekarang
Nilai-nilai yang Terdapat di
dalam Karya Sastra Melayu Klasik
1.
Orang yang
berakal lebih baik dari pada orang yang berharta
2.
Jangan
sampai kita mempunyai penyakit hati, seperti iri dan dengki
3.
Jangan sampai
kita terhasut oleh fitnah
Kaitan Karya Sastra Melayu Klasik
dengan Kehidupan Masa Sekarang
1.
Dulu
banyak orang yang menyimpan dengki atas keberhasilan orang lain, suka
memfitnah, harta lebih baik dari akal, di jaman sekarang hal itu masih terjadi
di masyarakakat.
izin copy
BalasHapusizin copy cerita
BalasHapus